Sunday, January 15, 2012

BAGAIMANA SUPAYA ORANG GAJIAN BISA JADI KAYA?

Pendahuluan

Beberapa bulan yang lalu di televisi terdengar berita seorang mantan atlet Indonesia terkenal yang bunuh diri karena tidak mampu membiayai hidupnya. Kemudian banyak atlet Indonesia yang dulunya terkenal dan kaya akan tetapi sekarang mereka menuju kebangkrutan.

Lebih simpelnya dapat dikatakan “waktu muda kaya dan foya-foya, waktu tua bangkrut dan menderita”. Selain terjadi pada atlet, sebenarnya kejadian tersebut banyak ditemukan di sekitar kita dan mungkin terjadi pada diri kita sendiri. Coba anda pandang sekitar kita berapa banyak orang yang bekerja puluhan tahun akan tetapi mereka tidak dapat membiayai hidup bulanan bahkan harian mereka sendiri? Berapa banyak anak-anak yang terlantar dalam pendidikan? Lalu, mengapa hal itu bisa terjadi?
Tulisan ini merupakan saduran dari buku “Siapa Bilang Jadi Karyawan Nggak Bisa Kaya?” karya dari Safir Senduk, pakar perencanaan keuangan. Penulis orangnya masih muda, energik dan mau belajar karena dia belajar perencanaan keuangan secara otodidak selam 4 tahun. Berbagai macam buku telah ditulis dan termasuk best seller. Dia telah mendirikan Biro Perencanaan keuangan Safir Senduk & Rekan di Wisma GKBI, Jl. Jendral Sudirman No. 28 Jakarta. Apabila pembaca ingin mengetahui perencanaan keuangan secara baik dan mendalam maka dapat membuka situs www.perencanakeuangan.com. Buku ini membahas masalah yang sama dengan buku “Jangan mau seumur hidup jadi orang gajian” akan tetapi dengan sudut pandang yang berbeda. Akan tetapi pembaca diharapkan dapat mencari nilai positif dari kedua buku tersebut.
Apakah menjadi karyawan bisa menjadi kaya?
Sering kita mendengar keluhan dari karyawan “mana mungkin kita dapat menjadi kaya selama kita menjadi karyawan yang gajinya sudah diatur oleh perusahaan” atau mungkin pernyataan “ah, gajiku cuman segini, mana mungkin bisa kaya”. Yang perlu diketahui adalah sebagian besar orang Indonesia hidup sebagai karyawan sehingga apabila keluhan ini merupakan keluhan seluruh karyawan maka akan sering kita jumpai keluhan-keluhan tersebut. Banyak yang mengatakan apabila mau dapat rejeki banyak (dalam hal ini dianalogkan dengan kaya) maka harus mempunyai usaha sendiri. Akan tetapi untuk membuka usaha sendiri perlu dana, perlu bakat, perlu keberanian untuk gagal, dan perlu kerja keras sehingga kebanyakan orang tidak mau jadi pengusaha. Pertanyaannya adalah “apakah menjadi karyawan tidak bisa kaya?”
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut sebaiknya harus mengetahui kesalahpahaman yang sering terjadi di masyarakat yaitu banyak yang menyamakan kata “kaya” dengan ‘penghasilan tinggi”. Kalau orang mengatakan bahwa “jika mau jadi kaya, jangan menjadi karyawan” maka dapat diartikan”kalau mau mendapat penghasilan tinggi maka jangan jadi karyawan karena sebagaimana disebutkan sebelumnya penghasilan kita sudah dijatah oleh perusahaan”. Apabila kita lihat uraian tadi maka terdapat perbedaan yaitu penghasilan tinggi adalah anda mendapatkan uang masuk yang besar setiap bulan, sedangkan “kaya” adalah bagaimana cara anda menyisihkan, menyimpan dan menumpuk asset dari penghasilan yang didapatkan. Jadi penghasilan tinggi berkaitan dengan cash flow sedang kaya berkaitan dengan bagaimana mengatur uang dengan baik yang didapatkan dari penghasilan.

Bagaimana caranya menumpuk kekayaan dengan penghasilan yang tidak tinggi?

Ada 3 hal yang harus diingat yaitu (1) berapa pun gaji yang diberikan perusahaan apabila tidak ada pengaturan yang baik maka tidak menjamin dapat menumpuk kekayaan, (2) Jangan selalu menjadikan kondisi keluarga misal banyak tanggungan, boros, sebagai alasan untuk meminta kenaikan gaji. Coba anda bertanya pada diri anda sendiri, apakah anda meminta ijin pada perusahaan waktu menambah anak? Atau anda menghabiskan uang anda untuk berfoya-foya? Yang perlu diingat adalah perusahaan hanya akan memberi gaji sesuai dengan job description yang diberikan ke karyawan yang bersangkutan, dan (3) Anda akan menjadi kaya tergantung dari bagaimana cara mengatur keuangan anda dan tidak selalu pada apa yang diberikan pada perusahaan. Sering kita lihat karyawan yang pindah dari satu tempat kerja ke tempat kerja yang lain hanya untuk meningkatkan penghasilannya. Hal ini boleh saja, akan tetapi selama pasak lebih besar daripada tiang maka tidak mungkin untuk menjadi kaya.
Untuk menjadi kaya maka penghasilan kita harus disisihkan. Misalnya anda menyisihkan uang Rp 500.000 dari penghasilan anda sebesar 4 juta untuk ditabung. Uang yang anda sisihkan ini akan berguna bagi anda dalam waktu yang akan datang. Ada 3 hal yang dapat anda dilakukan untuk menyisihkan penghasilan yaitu (1) menabunglah di muka, jangan di belakang. Sebagaimana sifat manusia yang konsumer, berapa pun uang yang anda pegang di tangan, akan habis dalam waktu sekejab. Memang anda harus menghargai diri anda dulu dengan cara membeli barang yang anda sukai, akan tetapi jangan diartikan dihabiskan. (2) Minta tolong orang kantor untuk memotong penghasilan anda guna ditabung. Sekali lagi, kalau anda membawa semua penghasilan anda dan anda tidak gemar menabung, maka dijamin penghasilan anda cepat habis. (3) Buat celengan. Meskipun cara ini dibilang tradisional dan sering dicap mainan anak kecil, tetapi mempunyai fungsi yang sangat tinggi. Apa yang anda lakukan dengan uang 100, 500 atau 1000 yang sekarang (contohnya di Riau) nyaris tidak bernilai (mungkin untuk parkir saja)? Sering anda menyepelekannya. Apabila anda memasukkannya dalam tabungan maka uang ini akan menumpuk dan bisa digunakan untuk belanja sehari-hari.
Apa yang harus dilakukan untuk menjadi kaya?
Penulis buku ini memberikan 5 kiat untuk menjadi kaya dengan cara mengelola penghasilan anda. Pertama, membeli dan memiliki harta produktif sebanyak mungkin. Hal yang harus anda lakukan adalah menginventarisasi harta yang dimiliki. Misalnya harta di rumah (televisi, tape, mobil, dll), harta tetap (misalnya rumah), harta di bank (Tabungan di BCA, tabungan di BNI), dan harta lain (misalnya reksadana). Dari berbagai jenis harta tersebut dilakukan pembagian lagi menjadi harta produktif dan harta konsumtif. Apabila harta yang dimiliki tidak memberikan penghasilan maka disebut harta konsumtif, sedang apabila memberikan penghasilan maka disebut harta produktif. Mobil dapat menjadi harta konsumtif apabila digunakan hanya untuk bersenang-senang, dan akan menjadi harta produktif apabila digunakan untuk bisnis, misalnya travel. Kemudian anda bandingkan ratio antara harta produktif dan harta konsumtif berdasarkan macamnya. Anda akan kaget apabila melihat rasionya 1:20 atau 2:25. Hal ini dikarenakan anda hanya mempunyai harta produktif berupa tabungan dan atau deposito, sedang harta konsumtifnya banyak berupa televisi, tape, perabot rumah. Handphone, komputer, VCD/DVD player, mobil kijang, dll. Oleh karena itu disarankan untuk memperbanyak harta produktif dan mengurangi harta konsumtif. Harta produktif atau harta yang memberikan penghasilan dapat berupa produk investasi (misal deposito, reksadana, emas), bisnis, harta yang disewakan (mobil, sepeda motor, rumah yang disewakan) dan barang ciptaan (misal lagu, buku).

Kedua, atur pengeluaran. Hal yang harus dilakukan adalah melakukan identifikasi pos-pos pengeluaran misalnya telepon, gas, listrik, sembako, SPP anak, uang saku anak, cicilan rumah, premi asuransi, dll. Selanjutnya menghitung berapa jumlah pos pengeluaran dan membandingkan dengan pos pemasukan. Apabila pengeluaran lebih besar daripada pemasukan maka akan terjadi defisit. Orang yang mengalami defisit umumnya berusaha mengambil uang simpanannya di bank. Apabila tidak cukup maka orang tersebut akan berutang atau menjual barang/aset sehingga akhirnya akan mengalami masalah yang besar. Masalah besar dapat berupa percekcokan dalam rumah tangga, perceraian, stres, harga diri turun, dan lain-lain. Untuk menghindari kejadian tersebut maka diperlukan pengaturan pengeluaran. Yang perlu diperhatikan dalam pengaturan pengeluaran adalah : (1) Membedakan kebutuhan dengan keinginan. Kebutuhan adalah sesuatu yang harus diprioritaskan, sedangkan keinginan dilakukan setelah kebutuhan terpenuhi. Akan tetapi kebanyakan orang memakai gajinya untuk keinginan mereka, bukan membeli hal-hal yang dibutuhkan (2) Melakukan prioritas. Apabila anda mempunyai banyak pos pengeluaran maka bedakan menjadi 3 yaitu biaya hidup, cicilan utang, dan premi asuransi. Biaya hidup adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk anda dan keluarga untuk tetap hidup misalnya sembako, listrik, air, SPP anak. Cicilan utang adalah utang anda misalnya cicilan rumah, cicilan kartu kredit, dll. Premi asuransi adalah semua pengeluaran untuk membayar asuransi misalnya asuransi jiwa, asuransi kendaraan. (3) mengetahu cara yang baik dalam mengeluarkan uang untuk setiap pos pengeluaran. Misalnya anda menelpon seperlunya guna mengatur biaya telepon.

Ketiga, hati-hati dengan hutang. Hutang dapat diibaratkan bersenang-senang dahulu, bersakit-sakit kemudian. Anda sesungguhnya dapat berhutang apabila (1) hutang itu digunakan untuk sesuatu yang produktif. Misalnya anda membeli sepeda motor untuk ojek (2) hutang dibelikan barang yang nantinya nilainya pasti akan naik. Misalnya anda membeli tanah. Nilai tanah umumnya mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Kenaikan harga tanah tergantung dari beberapa hal diantaranya jarak tanah dengan jalan raya. Selain diperbolehkan, seseorang sebaiknya tidak berhutang apabila nilai barang yang dibelinya turun misalnya pembelian televisi.

Keempat, menyisihkan uang untuk masa depan. Apabila anda melihat kantor pegadaian maka salah satu puncak transaksi di pegadaian adalah waktu masuk tahun ajaran baru sekolah. Ini disebabkan orang tua tidak memiliki dana yang cukup karena kurangnya persiapan. Mereka tidak mempersiapkan dana karena merasa belum penting atau merasa tidak perlu karena mempunyai penghasilan yang besar. Agar masa depan kita atau pun keluarga tercapai dengan baik maka harus disiapkan uang untuk kebutuhan masa depan. Ada 5 kebutuhan yang penting yaitu (1) Pendidikan anak. Pendidikan anak harus dipersiapkan sedini mungkin dengan menyisihkan sebagian dari penghasilan. Semakin lama biaya pendidikan semakin tinggi sehingga perlu untuk dipersiapkan. Ada sejumlah produk investasi yang dapat dipilih misalnya asuransi pendidikan. Produk ini tersedia dengan sistem pembayaran bulanan, 3 bulanan, 4 bulanan, 6 bulanan atau tahunan. Nantinya perusahaan asuransi akan memberikan dana pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikan anak. 2) Pensiun. Program pensiun harus anda persiapkan dengan baik sehingga kelak apabila anda sudah tidak bekerja lagi anda dapat memenuhi kebutuhan hidup dengan baik. Selain program pensiun JAMSOSTEK sebaiknya anda mengikuti program pensiun lain seperti DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan). Dana ini bisa diambil pada usia yang dapat anda pilih sendiri misalnya diatas 55 tahun. (3) Properti dan kepemilikan lain. Sebagaimana disebutkan sebelumnya sebaiknya anda memiliki harta produktif seperti rumah, tanah maupun kendaraan. Harta tanah di masa yang akan datang akan bernilai tinggi. Sedangkan untuk memiliki rumah dan kendaraan, menabung merupakan langkah yang bijak guna mendapatkan apa yang anda inginkan tersebut. (4) Bisnis, apabila orang pandai berbisnis dan mempunyai kesempatan di sela-sela waktu kerja maka bisnis akan merupakan sumber penghasilan yang baik. Akan tetapi orang sering berpikir masalah utama yang dihadapi kalau melakukan bisnis diantaranya dana. Sebenarnya dana dapat anda peroleh dengan meminjam uang di bank. (5) Liburan dan perjalanan ibadah, liburan dan perjalanan ibadah merupakan tujuan di masa yang akan datang yang sering diinginkan oleh banyak keluarga. Liburan atau pun ibadah (misalnya haji) memerlukan dana yang besar sehingga perlu dipersiapkan dananya dan jangan sekali-kali mengandalkan hutang.

Kelima, Miliki proteksi. Hidup kita hanya diketahui oleh Tuhan. Kapan anda meninggal, terkena kecelakaan, sakit, dan resiko yang lain kita tidak mengetahui. Apabila anda hanya mengandalkan gaji anda, kemudian suatu ketika anda terkena sakit sehingga harus diopname, maka anda akan kewalahan dengan biaya yang besar (biaya adminitrasi, biaya obat, biaya rawat inap). Contoh lain adalah apabila anda meninggal dunia di usia muda. Tentu saja gaji anda akan berhenti waktu anda meninggal dan berhenti pula tunjangan untuk keluarga anda. Selain resiko kesehatan dan kematian terdapat juga resiko lain yaitu kecelakaan, musibah rumah, musibah kendaraan, pemutusan hubungan kerja. Untuk memproteksi resiko-resiko tersebut maka perlu melakukan 3 hal yaitu (1) Miliki asuransi. Anda perlu mengikuti berbagai asuransi untuk mencegah resiko misalnya asuransi jiwa, asuransi kesehatan dan asuransi kerugian. (2) Miliki dana cadangan. Anda harus mempunyai dana cadangan misalnya tabungan. Misalnya anda di PHK, maka anda perlu mempunyai dana cadangan minimal 6 bulan ke depan bagi anda dan keluarga. Dana cadangan selain berfungsi untuk kehidupan anda dan keluarga secara teratur juga memberi kesempatan bagi anda untuk mencari pekerjaan baru. (3) Miliki sumber penghasilan di luar gaji yang bersifat terus-menerus. Dengan mempunyai penghasilan di luar gaji, anda bisa menyisihkan uang anda lebih banyak untuk masa depan atau pun mempunyai berbagai macam proteksi

No comments: