Sunday, January 15, 2012

CARA PENGHITUNGAN DEFISIT AIR DAN PEMANFAATANNYA

Defisit air dihitung berdasarkan keseimbangan air tanah dan tanaman. Keseimbangan air tanah dipengaruhi oleh ketersediaan air, curah hujan dan evapotranspirasi, oleh karena itu diperlukan data curah hujan sebagai faktor pendukungnya. Untuk menghitung defisit air, data-data meteorologi yang diperlukan:
1. Ketersediaan Air
Ketersediaan air tanah maksimum adalah 200 mm, yang merupakan kemampuan maksimal tanah untuk mengikat air.
Keseimbangan air dirumuskan sebagai berikut :
K = CH + CB – ET
dimana: K = Keseimbangan air (+ atau -)
CH = Curah hujan (mm)
CB = Cadangan akhir bulan lalu (mm)
ET = Evapotranspirasi (mm)


1. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah penguapan air melalui permukaan tanah dan melalui tanaman. Evapotranspirasi didasarkan pada jumlah hari hujan setiap bulan dengan menggunakan asumsi:
a. Evapotranspirasi = 150 mm jika hari hujan = 10 hari
b. Evapotranspirasi = 120 mm jika hari hujan > 10 hari
a. Jika keseimbangan air untuk bulan tertentu > 200 mm maka Cadangan Akhir (CA) untuk bulan tersebut adalah 200 mm.
K > 200 mm akan terjadi drainase dan CA = 200 mm
b. Jika keseimbangan air untuk bulan tertentu < 200 mm, maka keseimbangan air tersebut menjadi Cadangan Akhir (CA) untuk bulan tersebut. K = 1 – 200 mm maka CA = K c. Jika keseimbangan air adalah minus, maka Cadangan Akhir (CA) adalah 0 mm K < 0, terjadi defisit air maka CA = 0 mm Cadangan Akhir (CA) untuk bulan tersebut menjadi Cadangan Bulan ini (CB) untuk bulan berikutnya. 2. Curah hujan, yaitu : a. Jumlah hari hujan (hari / bulan) b. Total curah hujan (mm / bulan) Pengaruh Curah Hujan pada Tanaman Potensi curah hujan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap jumlah air tanah. Jumlah curah hujan yang sesuai untuk budidaya kelapa sawit sekitar 1500 – 3000 mm/tahun, dengan distribusi merata. Air mempunyai peranan yang besar bagi tanaman, diantaranya untuk: proses metabolisme, medium absorbsi unsur hara, dan 70 persen sebagai komponen penyusun organ tanaman. Kehilangan air dapat menyebabkan stagnasi pertumbuhan dan cekaman air yang terus menerus, menyebabkan perubahan fisiologis tanaman yang bersifat irreversibel (tidak dapat balik), dan mengakibatkan kematian. Pengaruh Defisit Air Terhadap Produksi Kelapa Sawit Bulan kering dapat menurunkan produksi kelapa sawit, menurut Caliman (1998) di Lampung dan Palembang akibat dari defisit air 100 mm akan mengurangi hasil 8 – 10% pada tahun pertama dan 3 – 4% pada tahun kedua. Menurut Ochs dan Daniel (1976) dalam Caliman (1998) defisit air memberi dampak negatif terhadap sex differensial kelapa sawit, juga meningkatkan jumlah aborsi bunga betina, dan menghambat pertumbuhan tanaman, yang akhirnya akan menurunkan hasil selama beberapa bulan setelah kekeringan. Dampak negatif lainnya adalah penurunan OER. Pengaruh defisit air ini tergantung dari kemampuan tanah mengikat air (water holding capacity) yang berbeda-beda untuk setiap jenis tanah. Faktor yang mempengaruhi antara lain : - kandungan liat (tekstur) - bahan organik - topografi


Pustaka :
Caliman,J.P., A. Southworth, 1998. Effect of Drought and Haze on The Performance of Oil Palm. International Oil Palm Conference. Bali.
Martoyo.K, R. Sukarji, E.L. Tobing. 1983. Pengaruh Curah Hujan pada Tanaman Kelapa Sawit. Pedoman Teknis. Pusat Penelitian Marihat. Medan

No comments: